Menggegerkan!! Inilah Alasan Sebenarnya Kenapa Tarif PLN Naik Terus - kompasianadetik

kompasianadetik

artikel dan berita hanya untukmu

Disponsori

Post Top Ad

Menggegerkan!! Inilah Alasan Sebenarnya Kenapa Tarif PLN Naik Terus

Share This

Menggegerkan!! Inilah Alasan Sebenarnya Kenapa Tarif PLN Naik Terus

Menteri Keuangan Sri Mulyani mengungkapkan ancaman kebangkrutan PT PLN (Persero) jika tarif tenga listrik (TTL) tidak meningkat. Pasalnya, PLN memiliki banyak hutang baik dari bank, obligasi maupun lembaga keuangan internasional untuk membiayai program 35.000 Megawatt (MW).

Sementara itu, pertumbuhan laba bersih tidak mendukung melunasi kewajiban perusahaan. "Kementerian Keuangan dalam tiga tahun terakhir harus mengajukan permintaan pengabaian kepada peminjam sebagai akibat dari kewajiban memenuhi ketentuan perjanjian PLN," kata Sri Mulyani dalam keterangannya, Rabu (27/9).

Sri Mulyani mengatakan bahwa mengingat sumber pendapatan PLN dari subsidi TTL dan pemerintah, kebijakan pemberantasan kenaikan TTL harus didukung oleh regulasi yang mendorong turunnya biaya produksi listrik. Selain itu, Menteri Keuangan mengharapkan Menteri Jonan dan Menteri Rini melakukan operasi efisiensi biaya.

"Pertumbuhan penjualan listrik tidak sesuai dengan target dan ada kebijakan untuk menghilangkan kenaikan TTL yang berpotensi meningkatkan risiko kegagalan PLN," katanya.

Sementara itu, Deputy Energy Business, Logistik, Kawasan dan Usaha Pariwisata BUMN Edwin Hidayat Abdullah mengatakan PLN telah menyiapkan langkah-langkah untuk memenuhi pendanaan termasuk revaluasi aset, meningkatkan produktivitas aset yang ada, efisiensi operasional dan pengadaan barang dan jasa.

"Kebutuhan pendanaan melalui pinjaman diprioritaskan untuk dipenuhi dari lembaga bank pembangunan multilateral untuk mendapatkan biaya dana dan penarikan pinjaman yang lebih murah disesuaikan dengan kemajuan kemajuan proyek," kata Edwin.

Edwin menegaskan bahwa kondisi likuiditas PLN selalu dipelihara untuk dapat mendanai operasi perusahaan dan memenuhi kewajiban krediturnya, baik kreditur perbankan maupun obligasi korporasi. Selain itu, porsi pemakaian bahan bakar saat ini dalam komposisi produksi listrik turun dari 11,4 persen di tahun 2014 menjadi 5,8 persen di tahun 2017.

Sementara itu, Biaya Produksi (BPP) listrik mengalami penurunan dari Rp 1.419 per Kwh pada tahun 2014 menjadi Rp 1.303 per Kwh. "Pada saat bersamaan, PLN juga mengasumsikan tugas PSO, dimana selain menjual listrik bersubsidi ke beberapa kelas pelanggan juga berusaha memberikan tarif yang bisa meningkatkan persaingan usaha," jelasnya.

No comments:

Post a Comment

Post Bottom Ad

Responsive Ads Here

Pages