Realitas Keberadaan Wanita Tunasusila - kompasianadetik

kompasianadetik

artikel dan berita hanya untukmu

Disponsori

Post Top Ad

Realitas Keberadaan Wanita Tunasusila

Share This

Realitas Keberadaan Wanita Tunasusila


eksistensi atau keberadaan wanita tunasusila dan prostitusi yang telah mengakar dari masa ke masa. Jadi bukan tentang menentang atau mendukung prostitusi, tapi tentang fakta bahwa kita sudah hidup berdampingan selama ribuan tahun dan oleh karena itu sudah saatnya mengganti pendekatan kita pada mereka. Sebelum komentar, selesaikan dulu bacanya, ya!

Prostitusi sudah ada sejak sebelum ada nya sistem barter

Konon prostitusi adalah profesi yang tertua di dunia. Antropolog dari Universitas Chicago, Don Kullick mengatakan bahwa prostitusi sudah ada sejak awal mula peradaban manusia. Tapi kalau menjadi profesi tertua, belum ada yang tahu soal ini. Satu yang pasti, prostitusi merupakan transaksi tertua di dunia.

Dari Nationalgeographic, bukti sahih bahwa prostitusi sudah ada sejak awal peradaban manusia dapat dilihat dari naskah Alkitab. Dijelaskan pula Raja Salomo memiliki 700 istri dan 300-an gundik, sementara tentara Israel juga memiliki banyak istri dan selir. Pada masa itu, para wanita tunasusila ini dapat ditukar dengan apapun (sistem barter). Setelah sistem barter tergeser dengan keberadaan alat tukar seperti emas, batu mulia, dan koin, mereka membayar jasa para WTS dengan koin sesuai dengan kesepakatan.

Karena maraknya perang dunia membuat impitan finansial semakin besar

Keberadaan wanita tunasusila nggak akan mungkin hilang, bagaimanapun caranya. Dari masa ke masa, ‘perkembangan’ profesi ini kian meningkat. Sebenarnya, bukan karena minat dan kemauan mereka dalam menggeluti dunia ini. Melainkan karena impitan ekonomi yang memang semakin sulit untuk dilawan. Saat ini orang harus berusaha sangat keras bahkan saat mencari pekerjaan.

Sesuai prinsip ekonomi. Selama ada permintaan akan selalu ada penawaran.

Artinya, tanpa ada perang pun, profesi ini akan tetap tumbuh dan berkembang. Mengilhami prinsip ekonomi, anggaplah protitusi itu sebuah komoditas, maka protitusi itu seperti supply dan demand. Selama masih ada permintaan, pasti akan ada penawaran. Penawaran akan semakin tinggi jika permintaan semakin tinggi, dan sebaliknya.

Sebagai catatan, fenomena permintaan ini kian hari kian meningkat, setelah adanya penghapusan bisnis prostitusi. Artinya, supply nggak sebanding dengan demand. Tapi jangan salah, bisnis ini nggak benar-benar hilang loh.

Rasanya mustahil untuk menghancurkan wisata birahi ini.

Profesi ini nggak akan mungkin bisa dihancurkan atau bahkan dihapuskan. Betapa sulit untuk menghancurkan eksistensi sebuah komoditas yang menggiurkan meski dilakukan karena terpaksa. Seperti beberapa kasus yang telah terjadi sebelumnya, seperti Saritem (Bandung), Gang Dolly (Surabaya), hingga Kalijodo (Jakarta). Kamu yakin semua wanita tunasusila di ketiga tempat ini telah tiada? Kalau lapaknya, mungkin sudah tidak ada. Tapi bagaimana dengan mereka semua? Terbukti, masih ada cara aman untuk menghindari razia petugas keamanan ketika mereka sedang bertransaksi; via online.

Bahrain dan Uni Emirat Arab membuat tempat khusus wisata malam.

Jangan salah, meski negara-negara di Timur Tengah terkenal akan mayoritas umat muslimnya, ternyata mereka memiliki ‘destinasi wisata’ yang sangat terkenal di dunia. Bahrain menjadi negara yang maju karena industri dan pariwisatanya. Nggak perlu ditutupi lagi, pariwisatanya yang paling mencolok adalah wisata birahi dari para wanita tunasusila yang didatangkan dari luar negeri, seperti Tiongkok hingga Thailand. Bahkan, di Uni Emirat Arab pun, mereka memiliki sebuah tempat khusus untuk melancarkan bisnis prostitusi ini. Dubai menjadi tujuan kebanyakan para turis pria di UEA. Dan di kota ini, prostitusi dianggap sebagai hal yang biasa.

No comments:

Post a Comment

Post Bottom Ad

Responsive Ads Here

Pages